Jancuk.
Bagi masyarakat Jawa Timur tentu kata itu sudah tidak asing mendengarnya. Satu kata yang beragam makna. Sebagian orang menggunakannya sebagai umpatan saat marah, sebagian lagi digunakan untuk mengekspresikan sambat, dan sebagian lagi mempergunakannya sebagai bentuk keakraban dalam pertemanan.Perbedaan intonasi dalam pelafalannya menjadikan jancuk manjadikan beda juga dalam pemaknaan. Informasi terakhir menunjukkan bahwa jancuk adalah berasal dari Jan Cox, yang merupakan idola dari pengemudi tank dari Belanda tersebut, sehingga ia menuliskan nama Jan Cox di badan tank. Tank itu berjenis M3A3 Stuart buatan Amerika Serikat yang menjadi inventaris tentara Belanda.
Pada akhirnya kemampuan melakukan tracking terhadap sebuah informasi menjadi perkara yang penting. Hingga kita tidak terjebak pada penafsiran atau pemaknaan umum yang beredar di masyarakat. Ini yang akhir-akhir terjadi ketika kata Fir’aun terucap dari lisan Simbah. Orang-orang yang tidak terlalu mengenal Simbah menyerang dengan kalimat-kalimat yang kurang pantas dilontarkan. Bagaimana mungkin seorang Emha Ainun Najib dianggap sebagai seorang yang amat sangat buruk perangainya, padahal sepanjang perjalanan hidupnya diamalkan untuk merawat negeri ini. Mengadvokasi perempuan agar mendapat hak menggunakan jilbab saat bekerja, menjadi salah satu tokoh reformasi tahun 1998, menjadi mediator kasus lumpur lapindo dan masih banyak lagi peran beliau dalam menjaga keutuhan masyarakat dalam bernegara. Bagaimana mungkin?!.
Dalam menyambut awal tahun ini, Simbah memberikan kita beberapa “tugas” dalam kaitan melingkar tiap bulannya, yakni dari Ngaji Bareng menjadi Ngaji Perubahan dan mengajak masing-masing dari kita melakukan aktivasi Ruh. Tentu beberapa dari kita akhirnya mencoba menelaah apa kaitannya Ngaji Perubahan dan Aktivasi Ruh?. Melalui ngaji bareng bulan ini, kita mencoba mengupas, mengaitkan, mengelaborasi, perlahan-lahan mencoba mengambil kesimpulan dari poin-poin yang telah ada, dan dengan mengambil tema “Jalan Sunyi” kita berusaha menerjemahkan apa yang selama ini menjadi lakon seorang lelaki bernama Emha Ainun Najib.
Jalan Sunyi bukan sebuah tindakan melarikan diri dari sebuah fenomena atau peristiwa yang terjadi. Jalan Sunyi adalah perilaku baik dalam skala personal maupun sosial yang berusaha mengambil bagian dalam menyajikan opsi-opsi solutif yang tidak tersorot oleh lampu keramaian. Lantas apa yang paling mungkin bisa dilakukan bagi seorang Penggiat Maiyah dalam merespon dinamika akhir-akhir ini?
Mungkin satu hal penting yang bisa jadi pagar dalam kaitan kita merealisasikan amar ma’ruf nahi mungkar adalah amar ma’ruf bil ma’ruf, nahi munkar bil ma’ruf. Karena bagaimanapun juga perkara kebaikan itu konkrit dari niat, tindakan dan dampaknya. Hal-hal apa saja yang akan menjadi perkara teknis dalam mewujudkannya mungkin akan lebih terurai melalui agenda melingkar bulan ini.
Leave a Reply